TARI INAI
Tari
Inai, adalah sebuah tarian sakral yang dilakukan pada saat
pelaksanaan upacara adat pengantin etnis melayu timur yang berada di
tanjung Jabung Timur yang disebut Malam Tari Inai.
Tari
Inai ditarikan oleh 5 atau 7 pasang penari yang tampil secara
bergiliran dengan menggunakan property kembang lilin. 5 atau 7
pasang penari tersebut masing-masing menggambarkan tokoh-tokoh nenek
moyang masyarakat Melayu Timur yang terdapat di Tanjung Jabung
Timur, yaitu Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir atau Lekiu, Hang
Kasturi, Dewa Safri, Dandan Setia dan Sidang Budiman sebagai tokoh
yang diwakili oleh penari pria. Sedangkan penari wanita mewakili
tokoh Putri Siti Zubaidah, Putri Suri Maknikam, Putri Intan Baiduri,
Putri Intan Terpilih, Putri Intan Gemale, Putri Intan Teserlah dan
Putri Begubang.
Gerakan tari inai umumnya menggunakan gerakan-gerakan silat dengan iringan musik Kelintang Perunggu, Gendang dan Gong.
(Ditulis Oleh Herman)
TARI TAUH (RANTAU PANDAN)
|
|
TAUH, adalah
suatu tari yang menggambarkan tentang pergaulan/hubungan muda
mudi (Bujang Gadis) pada zaman dahulu sampai sekarang yang
diwariskan secara turun temurun. Sampai sekarang masyarakat tidak
mengetahui secara pasti pencipta Tari Tauh yang telah mengakar
ditengah-tengah masyarakat Rantau Pandan tempat dimana penelitian ini
dilakukan. Pada saat sekarang, Tari Tauh sangat populer di Kabupaten
Bungo sebagai tari tradisional vang. sangat disukai oleh
masyarakat. Tari Tauh biasanya ditarikan ketika menyambut Rajo,
Berelek Gedang, dan ketika Beselang Gedang (gotong royong menuai
padi).
Jumlah
penari Tauh adalah 8 orang (4 wanita dan 4 laki-laki) dan
termasuk jenis tari tradisi kerakyatan dengan lama pementasan
tergantung kondisi sesuai panjang pantun dan kesanggupan penari
dan tidak jarang dari senja hari sampai pagi hari. Adapun musik
pengiring ialah Kelintang Kayu, Gong, Gendang dan Biola, kostum
yang dipakai adalah pakaian Melayu. Pada saat sekarang Tari Tauh
sering ditampilkan pada acara resmi yang diadakan Pemerintah
kecamatan/kabupaten dan juga pada acara pernikahan. Sedangkan lagu yang
mengiringi Tari Tauh adalah Krinok dan pantun-pantun anak Muda.
Fungsi Tari Tauh adalah untuk pergaulan antara muda mudi, dan hiburan bagi masyarakat umum.
|
Niti
Mahligai, ditata oleh Epa Bramanti Putra yang diadaptasi dari
sebuah upacara tradisional masyarakat Kerinci, Niti Naik
Mahligai.
Niti
Naik Mahligai adalah sebuah upacara yang dulu dilakukan untuk
memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di Bukit Kaco, batas
antara Kerinci dan Bungo.
Menurut
penuturan Epa Bramanti Putra sebagai keturunan langsung Ratu
Kerajaan Bukit Kaco, seseorang akan diangkat sebagai apabila sang
calon telah melewati beberapa tahap seleksi yang terdiri ;
- meniti pecahan kaca
- meniti berbagai macam duri tumbuhan
- meniti bara api
- meniti bambu runcing
- meniti/masuk ke dalam api besar
- meniti tanggu berayun
- duduk di daun nyiru/awing-awang
Prosesi
inilah yang diadaptasi menjadi sebuah seni pertunjukan. Tidak
heran apabila pertunjukan tari Niti Mahligai sarat dengan nuansa
magis.
Alat
musik yang digunakan adalah Gendang Dap diiringi dengan lantunan
‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak mengikuti
irama musik dengan gerakan tari Aseik
SEKATO, merupakan
sebuah karya tari baru yang berangkat dari ragam gerak dasar
tari daerah Jambi. Kehadiran tari Sekato ini merupakan suatu
jalan dalam upaya untuk menambah perbendaharaan tari daerah
Jambi.
Tari
ini adalah hasil dari kegiatan pengolahan tari yang
dilaksanakan pada tahun 1992. Tari ini ditata oleh Sri Purnama
Syam. Dalam penampilannya dibawakan oleh 8 penari yang terdiri
dari 4 orang penari putra dan 4 orang penari putri. Tari ini
menggunakan properti Kipas dan Payung dimana peggunaan Kipas dan Payung
selain sebagai penghias juga mengandung arti untuk senjata dan
perlindungan diri. Beberapa ragam gerak yang dominan dalam tari
ini antara lain adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi, buka ayun kipas.
Tari
ini telah dipentaskan di Taman Budaya Provinsi Jambi. Tari ini
menggambarkan pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih,
mereka bergembira bersama dan menari sebagai ungkapan dari rasa
kebersamaan. Musik pengiring tari Sekato ditata oleh Azhar. MJ
dan Heri Suroso, menggunakan alat instrumen : gendang melayu,
suling, rebana kecil, gong, beduk, kelintang perunggu. Sedangkan
untuk Kostum penari adalah baju gunting limo, celana panjang,
kain samping, desta, baju kurung, celana panjang, teratai dan
kain samping.
|
|
|
LIANG ASAK, adalah
sebuah tari tradisional yang berasal dari Sarolangun Kabupaten
Sarolangun. Tema tari ini diangkat dari kebiasaan masyarakat
setempat pada saat menugal, menanam padi di sawah yang dilakukan
oleh bujang gadis. Kebiasaan ini dilakukan secara turun
termurun dari nenek moyangnya.
Menurut
masyarakat setempat, yang dimaksud dengan liang asak adalah
lobang-lobang kecil akibat ditugal sebagai tempat penaburan
benih. Karena tari ini menggambarkan proses menugal dan menanam
padi, maka judulnya diangkat dari salah satu hasil proses
menugal. Tari liang asak ini ditata dan dikembangkan oleh Elmawati dan
Ali Tayib.
Dipentaskan
dalam bentuk berpasangan yaitu putra dan putri. Jumlah penari
yang menarikan berkisar antara tiga sampai dengan lima pasang
penari.
Gerak
tari yang digunakan adalah langkah tak jadi, stap, zig-zag,
tudung awan dan nyilau, Gerak-gerak tersebut menggambarkan
bagaimana proses menugal dan menanam padi sambil bersendagurau
bersama pasangannya. Sang putra menugal sedangkan putri menabur
benih.
Kostum
yang digunakan penari putri adalah baju kurung, kain sarung dan
topi penutup kepala. Sedangkan penari putra menggunakan busana
baju teluk bLango dan topi.
Alat
musik yang digunakan dalam mengiringi tari liang asak adalah
gendang, biola, accordion dan gong, di samping itu juga diiringi
vokal. Waktu pelaksanaan pementasan bebas kapan saja mau
dilaksanakan, begitu juga tempat pertuniukkannya. Lama pementasan tari
sekitar 5 menit.
|
|
|
Tari
Elang Mengipeh, adalah sebuah karya tari baru hasil dari
kegiatan pengolahan yang diangkat dari tari tradisi Klik
Elang. Beberapa gerak Tari Klik Elang yang dianggap spesifik
tetap dipertahankan. Pengembangan gerak yang dilakukan tetap
mengacu pada gerak tari daerah Jambi sebagai dasar pengolahan,
sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah karya tari baru dengan tidak
menghilangkan nilai kedaerahan dan mana tari itu berasal.
Garapan Tari Elang Mengipeh ini adalah
sebuah tari bertema yang berbentuk tari kelompok dan dalam
penampilannya didukung oleh 3 orang penari putri. Dalam tari
Elang Mengipeh ini menggunakan property selendang dan kipas,
selendang melambangkan kepak atau sayap dari burung elang
sedangkan kipas melambangkan kuku-kuku burung tersebut.
Sehingga kesan yang ingin ditampilkan adalah kelembutan di balik
keperkasaan burung elang. Sedangkan durasi penampilan
adalah 7 menit. Untuk keutuhan garapan Tari Elang Mengipeh
menggunakan perpindah - an pola lantai. Hal ini diantisipasi
agar tidak terjadi kemonotonan dalam garapan, sekaligus
menghadirkan nilai estetis tersendiri. Sedangkan untuk musik
pengiring tarinya menggunakan gendang, kelintang perunggu,
gong, akordion, biola dan beduk.
Elang Mengipeh ditata oleh Sri Purnama Syam, sedang musik ditata oleh Syamsuri.
|
TARI LENGGANG KIPAS LAYANG
|
LENGGANG KIPAS LAYANG, adalah
sebuah karya tari baru yang berasal dan hasil kegiatan
pengolahan tari. Tari ini berawal dari tari tradisi yang berasal
dan daerah Tk. II Merangin vaitu tari Kecimpung Ambai. Beberapa
gerak tari Kecimpung Ambai yang ada dan mempunyai nilai khas diangkat
dan dikembangkan. kemudian gerak-gerak tersebut dikemas sehingga
terbentuk suatu gerak baru yang pada akhirnya menjadi sebuah tari baru.
Tari Lenggang Kipas Layang
menceritakan tentang kegembiraan muda-mudi setelah lelah
bekerja, mereka bermain, bersendagurau dengan riangnya.
Dalam
penampilannya Tari Lenggang Kipas Layang di tarikan oleh 6
orang penari putri dengan menggunakan kipas sebagai propertinya,
dimana fungsi kipas itu selain sebagai hiasan Juga berfungsi
sebagai perisai diri.
Tari
ini ditata oleh Sri Purnama Syam dan musik pengiringnya ditata
oleh Heri Suroso. Tari ini telah dipentaskan di Taman Budaya
Provinsi Jambi pada tanggal 6 Februari 1998 serta dipentaskan di Taman Budaya Provinsi Bengkulu.
|
http://taujambi.blogspot.com/2011/08/tarian-daerah-jambi.html |
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar